Siapa yang tidak berkeinginan jalan-jalan ke luar negeri tanpa perlu biaya. Alhamdulillah dengan izin Allah dan doa orang tua, saya diberi kesempatan untuk melihat dunia luar dan tinggal di Amerika, Jepang, dan Australia. Semuanya bermula ketika saya dibawa oleh ayah ke Banda Aceh
Pertama sekali ke Banda Aceh saya tidak pernah terpikir kalau saya akhirnya akan tinggal dan menetap di sini. Saya tidak terpikir kalau jodoh saya adalah seorang gadis kelahiran Banda Aceh dan bertemunya di Australia.
Masih teringat di benak saya ketika saya duduk di bangku kelas 6 MIN Drien Rampak di Meulaboh, saya diajak oleh Ayah untuk menemaninya ke Banda Aceh. Ayah saya saat itu ada tugas dinas ke Banda Aceh. Sebagai salah satu guru Bahasa Inggris di MTsN Model, ayah sudah terbiasa dikirim untuk mengikuti diklat di seluruh Aceh bahkan ke pulau jawa.
Tempat pertama kali saya kenal di Banda Aceh adalah Lamnyong. Ayah membawa saya tinggal di tempat salah satu saudaranya di daerah Lamnyong. Saya tidak menyangka kalau Lamnyong nantinya akan menjadi tempat yang Allah pilihkan untuk saya membangun kursus Bahasa Inggris, Aceh Learning Center. Kursus yang bukan hanya bermanfaat bagi saya, tapi juga membantu siswa-siswa saya menggapai impian mereka untuk kuliah di dalam dan luar negeri tanpa biaya sendiri.
Oke kembali ke topik. Nah saat itu, ayah ada dinas sekitar tiga hari di Banda Aceh. Ayah membawa saya bersamanya di perjalanan dinas kali ini. Pertama kali masuk ke kota Banda Aceh, saya langsung disambut oleh tugu pesawat Seulawah RI-001 di lapangan Blang Padang. Itu pertama kali saya melihat pesawat secara langsung. Beruntung karena saya duduk di bangku depan di samping sopir mobil L-300. Jadi saya bisa melihat hampir semua pemandangan sepanjang perjalanan.
Bagi kamu yang datang ke Banda Aceh, datanglah ke Blang Padang untuk melihat tugu pesawat Seulawah RI-001. Pesawat RI-001 adalah pesawat angkutan pertama yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Dibeli pemerintah dari hasil sumbangan rakyat Aceh senilai 20 kilogram emas. Pesawat ini adalah cikal bakal berdirinya pesawat komersial pertama Indonesia, Garuda Indonesia.
Jika kamu menginap di hotel di pusat kota Banda Aceh, kamu bisa dengan mudah menjangkau situs bersejarah ini dengan ojek online atau becak lokal. Atau kamu bisa langsung menginap di Hotel Grand Arabia yang letaknya di depan lapangan Blang Padang, tempat Seulawah RI-001 di pajang.
Tidak jauh dari situ, kamu juga bisa mengunjungi mesjid Baiturrahman atau bermain di taman Bustanussalathin pas berhadapan dengan Kantor Wali Kota Banda Aceh. kamu dapat mengunjungi museum Tsunami Aceh yang letaknya pas di ujung kiri lapangan Blang Padang dari Hotel Grand Arabia.
Sama seperti cerita Seualwah RI-001, ternyata Seulawah RI-001 bukan pesawat terakhir yang saya lihat selama hidup saya. Alhamdulillah saya bukan hanya diberi kesempatan melihat pesawat bahkan naik pesawat gratis tanpa perlu biaya sendiri. Bukan hanya ke Ibu Kota, bahkan ke kota kelahiran Bill Clinton di Arkansas. Mulai dari pesawat berukuran kecil milik Garuda Indonesia dari Banda Aceh ke Jakarta, sampai pesawat berbadan besar dengan jumlah 13 kursi dalam satu kolom milik United Airline dari Jepang ke Chicago.
Banyak yang bertanya bagaimana saya bisa jalan-jalan dan kuliah di luar negeri tanpa perlu biaya orang tua. Orang tua saya tentunya tidak punya cukup uang untuk menyekolahkan saya ke luar negeri. Bayangkan saja, teman-teman saya yang kuliah di Australia dengan uang sendiri itu adalah sekelas anak menteri, dirut PLN, anak ketua MPR atau anak pengusaha terkenal di Indonesia.
Semua ini tentunya saya perolah karena Allah dan ridho orang tua. Sejak duduk di bangku MAN saya selalu berangan-angan untuk kuliah ke luar negeri. Beruntung saya bertemu teman yang cocok di kampus FKIP Bahasa Inggris yang memicu saya untuk belajar TOEFL jauh sebelum saya tahu manfaat TOEFL.
Namun saya pegang benar kata-kata salah satu dosen saya. If you want to go aborad you need to master TOEFL. [Jika mau pergi ke luar negeri, kamu harus menguasai TOEFL]. Dengan bermodal uang bulanan dikirim orang tua, saya mulai mencari buku-buku TOEFL di toko buku di sekitar Banda Aceh.
Saat itu bisa dibilang hampir tidak ada lembaga-lembaga kursus TOEFL di Banda Aceh. Jika pun ada, harganya terlalu mahal untuk bisa saya ikuti. Jadi saya lebih fokus belajar sendiri. Saya tahu betul bagaimana sulitnya mempelajari TOEFL sendiri tanpa guru. Saya membutuhkan waktu hampir dua tahun hanya untuk mendapatkan nilai 550. Sementara siswa saya di lembaga kursus Aceh Learning Center bisa mencapainya hanya dalam waktu tiga bulan.
Jika kamu ingin serius belajar TOEFL, investasikan waktu untuk belajar skill-skill Bahasa Inggris secara otodidak. Namun, jika kamu tipe pelajar yang butuh bimbingan seorang guru, Les TOEFL Intensive di Aceh Learning Center mungkin cocok untuk kamu. Atau kamu bisa uji dulu kemampuan sebelum belajar dengan mengikuti Test TOEFL Prediction hanya dengan biaya Rp. 50.000,-. Nilainya bisa langsung keluar hari itu juga lho.
Saya percaya takdir sudah Allah tuliskan jauh-jauh hari. Mungkin di antara kamu ada yang dalam garis hidupnya juga diberi kesempatan oleh Allah untuk kuliah ke luar negeri.
Comments